
Jakarta – Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) terus mengalami kenaikan signifikan dalam sepekan terakhir menjelang bulan suci Ramadhan 1445 H. Kenaikan harga ini membuat para pedagang maupun konsumen semakin resah, mengingat kebutuhan pokok tersebut menjadi konsumsi utama masyarakat, terutama saat memasuki bulan puasa.
Berdasarkan data yang dihimpun dari PIBC, harga beras berbagai jenis mengalami lonjakan 5-15% dibandingkan minggu sebelumnya. Beras premium yang sebelumnya dijual dengan harga Rp14.000 per kilogram, kini menembus Rp15.500-Rp16.000 per kilogram. Sementara itu, beras medium yang semula dijual dengan harga Rp12.500 per kilogram, kini naik menjadi Rp13.500-Rp14.000 per kilogram.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga Beras
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga beras di Pasar Induk Cipinang menjelang Ramadhan antara lain:
- Tingginya Permintaan Menjelang Bulan Puasa
Permintaan beras selalu meningkat drastis menjelang Ramadhan karena masyarakat mulai menyetok bahan makanan. Rumah tangga, restoran, warung makan, hingga pedagang takjil ikut membeli beras dalam jumlah lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan selama bulan puasa. - Pasokan yang Tersendat
Menurut sejumlah pedagang, pasokan beras ke PIBC mengalami keterlambatan akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung di beberapa daerah penghasil beras, seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat. Curah hujan yang tinggi menyebabkan panen terganggu dan distribusi dari lumbung padi ke ibu kota menjadi tersendat. - Dampak dari Fluktuasi Harga Gabah
Di tingkat petani, harga gabah juga mengalami kenaikan akibat penurunan produksi di beberapa wilayah sentra pertanian. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di sejumlah daerah naik dari Rp6.200 per kilogram menjadi Rp7.000-Rp7.500 per kilogram, yang berdampak langsung pada harga beras di pasaran. - Dampak Kenaikan Biaya Transportasi dan Produksi
Biaya logistik dan distribusi yang meningkat juga menjadi faktor yang mempengaruhi harga beras. Kenaikan harga bahan bakar dan biaya pengangkutan membuat pedagang harus menaikkan harga jual untuk menutupi pengeluaran operasional.
Keluhan Pedagang dan Konsumen
Kenaikan harga ini tentu saja memberatkan baik bagi pedagang maupun konsumen. Salah satu pedagang beras di PIBC, Hadi Santoso, mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini menyebabkan daya beli masyarakat sedikit menurun.
“Biasanya kalau menjelang puasa, penjualan naik karena banyak yang stok beras. Tapi karena harga sudah naik duluan, banyak yang mengurangi jumlah belanjaannya. Konsumen jadi lebih selektif, ada yang memilih beras kualitas lebih rendah agar tetap bisa membeli dalam jumlah yang cukup,” ujar Hadi.
Di sisi lain, konsumen pun mengeluhkan harga beras yang semakin mahal. Siti Nurhayati (42), seorang ibu rumah tangga di Jakarta Timur, menyatakan bahwa kenaikan harga beras membuatnya harus lebih berhemat dalam belanja kebutuhan dapur.
“Setiap bulan saya biasa beli 20 kg beras untuk keluarga. Kalau harganya naik, pengeluaran juga bertambah. Saya harus kurangi beli bahan makanan lain supaya tetap bisa beli beras dengan kualitas yang bagus,” ujarnya.
Langkah Pemerintah dalam Mengatasi Lonjakan Harga
Menyikapi lonjakan harga beras ini, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menstabilkan harga beras di pasaran, di antaranya:
- Operasi Pasar dan Stabilisasi Harga
Pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar-pasar tradisional dengan harga lebih terjangkau, yaitu sekitar Rp10.900-Rp11.500 per kilogram untuk kategori beras medium. - Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP)
Bulog juga memastikan bahwa stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dalam kondisi aman, dengan total stok nasional mencapai lebih dari 1,2 juta ton yang siap disalurkan jika harga terus merangkak naik. - Importasi Beras untuk Mengamankan Stok
Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan dalam negeri, pemerintah juga telah membuka keran impor beras dari beberapa negara, seperti Thailand, Vietnam, dan Pakistan. Langkah ini diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen. - Koordinasi dengan Pengusaha Beras dan Distributor
Pemerintah juga terus berkoordinasi dengan pelaku usaha di sektor perberasan untuk memastikan distribusi tetap berjalan lancar dan tidak terjadi spekulasi harga yang merugikan masyarakat.
Kesimpulan
Harga beras di Pasar Induk Cipinang yang merambat naik menjelang Ramadhan menjadi perhatian serius bagi masyarakat, pedagang, dan pemerintah. Kenaikan harga ini dipicu oleh tingginya permintaan, terganggunya pasokan akibat cuaca, serta meningkatnya harga gabah di tingkat petani.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengambil berbagai langkah seperti operasi pasar, penyaluran cadangan beras, hingga importasi guna menstabilkan harga. Namun, konsumen tetap diimbau untuk bijak dalam berbelanja dan tidak melakukan panic buying agar pasokan tetap mencukupi selama bulan suci Ramadhan.
Masyarakat kini berharap agar harga beras bisa segera kembali stabil, sehingga kebutuhan pangan selama bulan puasa tetap terpenuhi tanpa membebani pengeluaran rumah tangga.