
Gaza, 27 Februari 2025 – Sebuah video berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menggambarkan Gaza di masa depan sebagai kota modern dan makmur telah memicu kontroversi besar. Video yang beredar luas di media sosial ini dianggap sebagai bentuk distorsi realitas oleh banyak warga Palestina, terutama karena dibuat di tengah konflik berkepanjangan dan krisis kemanusiaan yang masih berlangsung di wilayah tersebut.
Tidak hanya menimbulkan perdebatan di kalangan publik, video ini juga menyeret Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, ke dalam sorotan. Sejumlah pihak menuding bahwa video tersebut digunakan untuk menjustifikasi kebijakan politik tertentu terkait Timur Tengah.
Isi Video dan Pesan yang Disampaikan
Video yang diproduksi menggunakan teknologi AI generatif itu menampilkan Gaza sebagai kota futuristik dengan gedung-gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan mewah, taman hijau yang luas, serta infrastruktur modern yang menyerupai Dubai atau Singapura. Narasi dalam video tersebut menyebutkan bahwa Gaza memiliki potensi besar untuk berkembang jika situasi politik dan keamanan dapat dikendalikan.
Namun, yang membuatnya semakin kontroversial adalah klaim dalam video yang menyatakan bahwa kemajuan ini hanya bisa terjadi jika Gaza berada di bawah pengaruh kebijakan tertentu, yang oleh sebagian besar warga Palestina dianggap sebagai narasi pro-Israel.
Banyak pihak menilai bahwa video ini mengabaikan realitas penderitaan warga Gaza, yang masih menghadapi blokade, serangan udara, serta keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan obat-obatan.
Respon Warga Palestina: “Ini Penghapusan Realitas!”
Reaksi keras datang dari berbagai kalangan di Palestina, terutama mereka yang masih tinggal di Gaza dan merasakan langsung dampak konflik. Banyak yang menilai bahwa video tersebut bukan hanya tidak sensitif, tetapi juga merupakan bentuk manipulasi politik yang berbahaya.
Yousef Al-Kurd, seorang jurnalis independen di Gaza, menyatakan dalam wawancaranya dengan Al Jazeera,
“Ini bukan sekadar video propaganda. Ini adalah upaya untuk menghapus penderitaan kami dari ingatan dunia dan menggantikannya dengan fantasi palsu. Gaza tidak membutuhkan gambar-gambar AI yang dibuat dari kantor-kantor di luar negeri—kami membutuhkan solusi nyata.”
Sementara itu, Hanan Ashrawi, seorang tokoh politik Palestina, menyebut video tersebut sebagai alat propaganda kolonial modern.
“Video ini secara tidak langsung mengatakan bahwa satu-satunya jalan bagi Gaza untuk berkembang adalah dengan tunduk pada kekuatan luar. Ini adalah bentuk modern dari retorika kolonial yang mencoba membenarkan pendudukan,” ujarnya dalam unggahan di platform X (sebelumnya Twitter).
Bahkan di kalangan warga yang tinggal di diaspora Palestina, banyak yang mengutuk video ini sebagai upaya penggiringan opini yang mengabaikan fakta di lapangan.
Kaitannya dengan Donald Trump: Apakah Ini Bagian dari Kampanye Politik?
Kontroversi semakin memanas setelah muncul spekulasi bahwa video ini terkait dengan Donald Trump dan tim politiknya. Beberapa analis menilai bahwa video ini sejalan dengan narasi pro-Israel yang kerap diusung oleh Trump selama menjabat sebagai Presiden AS.
Selama kepemimpinannya, Trump mengambil kebijakan yang sangat menguntungkan Israel, termasuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mendukung aneksasi wilayah Tepi Barat. Dengan pemilu AS yang semakin dekat, ada dugaan bahwa video ini merupakan bagian dari strategi untuk menarik dukungan dari kelompok pro-Israel di AS, terutama dalam komunitas Evangelis dan konservatif.
Richard Silverman, seorang analis geopolitik di Washington, menilai bahwa video ini bukan sekadar konten biasa, tetapi merupakan bagian dari upaya membangun narasi politik yang lebih besar.
“Video ini sangat cocok dengan pola komunikasi tim Trump: mereka ingin menunjukkan bahwa solusi untuk Timur Tengah bukanlah kemerdekaan Palestina, tetapi investasi dan pembangunan ekonomi yang dikendalikan pihak luar,” ujarnya kepada The Guardian.
Namun, tim kampanye Trump sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait video ini.
Reaksi Global: Kritik dari Aktivis dan Media Internasional
Di luar Palestina, video ini juga menuai kritik tajam dari berbagai kelompok aktivis, jurnalis, dan akademisi yang fokus pada isu Timur Tengah dan hak asasi manusia.
Organisasi seperti Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International menganggap video tersebut sebagai bentuk “whitewashing” (pemutihan fakta) terhadap penderitaan warga Gaza.
Seorang perwakilan dari HRW, Omar Shakir, menyatakan,
“Jika Gaza benar-benar memiliki potensi untuk menjadi kota modern dan maju, pertanyaannya bukanlah bagaimana membayangkan masa depan dengan AI, tetapi mengapa selama ini mereka tidak diberi kesempatan untuk berkembang? Blokade, pendudukan, dan agresi militer harus dihentikan terlebih dahulu sebelum berbicara tentang masa depan.”
Sementara itu, sejumlah media Barat seperti BBC, The New York Times, dan The Washington Post juga mengangkat kontroversi ini, dengan menyoroti bagaimana teknologi AI kini digunakan sebagai alat propaganda politik.
Kesimpulan: Masa Depan Gaza Tidak Bisa Dibangun di Dunia Maya
Terlepas dari niat pembuatnya, video masa depan Gaza berbasis AI ini telah menimbulkan polemik yang luas. Banyak yang melihatnya sebagai usaha untuk mengaburkan penderitaan nyata rakyat Palestina dan menggiring opini publik ke arah tertentu.
Bagi warga Gaza, masa depan mereka tidak bisa hanya diproyeksikan dalam bentuk video berteknologi tinggi—mereka membutuhkan tindakan nyata untuk menghentikan konflik, mengakhiri blokade, dan membangun kembali kehidupan mereka di dunia nyata.
Pertanyaan yang tersisa adalah: Siapa yang sebenarnya diuntungkan dari video ini?