
Sana’a – Konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) menghantam sejumlah titik strategis di Yaman pada Selasa (5/3) waktu setempat. Dalam serangan tersebut, sedikitnya 20 orang dilaporkan tewas, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka. Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi ketegangan antara Washington dan kelompok Houthi, yang telah berulang kali menyerang jalur perdagangan maritim di Laut Merah.
Serangan Udara Tertarget: Infrastruktur Militer Hancur
Menurut laporan dari pejabat militer Yaman, serangan AS menyasar beberapa pangkalan militer dan pusat komunikasi yang dikendalikan oleh kelompok Houthi di wilayah Sana’a, Hodeidah, dan Sa’dah.
“Serangan itu sangat intens dan dilakukan dalam beberapa gelombang. Kami mendengar suara ledakan besar, dan beberapa bangunan di sekitar pusat komando Houthi hancur,” ujar seorang saksi mata di Sana’a yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Pihak militer AS mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan sebagai tindakan balasan terhadap agresi Houthi di Laut Merah, di mana kelompok itu telah menargetkan kapal-kapal komersial dan militer yang melintasi jalur perdagangan internasional.
“Kami tidak akan membiarkan ancaman terhadap kebebasan navigasi di perairan internasional terus berlanjut. Serangan ini bertujuan untuk melumpuhkan kemampuan mereka dalam melancarkan serangan lebih lanjut,” ujar Juru Bicara Pentagon, John Kirby, dalam pernyataan resminya.
Korban Sipil dan Dampak Kemanusiaan
Meskipun AS menegaskan bahwa target serangan adalah fasilitas militer, beberapa laporan menyebutkan bahwa korban sipil juga berjatuhan akibat ledakan besar yang terjadi di daerah padat penduduk.
Lembaga Kemanusiaan Internasional mengonfirmasi bahwa di antara korban tewas terdapat beberapa warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Rumah sakit di Sana’a dilaporkan kewalahan menangani lonjakan pasien yang terluka akibat serangan tersebut.
“Kami melihat banyak korban mengalami luka bakar serius dan patah tulang akibat reruntuhan bangunan. Tim medis kami bekerja tanpa henti untuk menyelamatkan nyawa mereka,” ujar seorang dokter dari Médecins Sans Frontières (MSF) yang bertugas di salah satu rumah sakit di ibu kota Yaman.
Reaksi Houthi: Ancam Balasan Besar-besaran
Tak lama setelah serangan terjadi, kelompok Houthi mengeluarkan pernyataan keras, mengecam tindakan AS dan berjanji akan melakukan serangan balasan yang lebih besar.
“Serangan ini adalah bukti nyata agresi Amerika terhadap rakyat Yaman. Kami akan membalas dengan kekuatan penuh, dan mereka akan menyesali tindakan mereka,” ujar juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataan resmi yang disiarkan melalui televisi setempat.
Kelompok Houthi sebelumnya telah menargetkan kapal-kapal yang melintas di Laut Merah, termasuk kapal dagang yang berafiliasi dengan negara-negara Barat. Mereka mengklaim serangan tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, dengan menuding AS dan sekutunya terlibat dalam agresi terhadap Gaza.
Respon Global: Eskalasi atau Solusi Diplomatik?
Serangan udara ini mendapat berbagai tanggapan dari komunitas internasional. PBB menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di kawasan dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri.
“Konflik di Yaman telah berlangsung terlalu lama dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi rakyat sipil. Kami mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan dan mencari solusi damai,” ujar Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres.
Sementara itu, Iran, yang dikenal sebagai pendukung utama Houthi, mengecam keras tindakan AS dan menyebutnya sebagai “provokasi berbahaya yang dapat memperluas konflik di Timur Tengah.”
Di sisi lain, Inggris dan Prancis, sebagai sekutu AS, memberikan dukungan penuh terhadap operasi militer yang dilakukan Washington, dengan dalih melindungi kebebasan navigasi di jalur perdagangan global yang krusial.
Kesimpulan: Masa Depan Konflik Yaman
Serangan terbaru ini menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi di Yaman, sebuah negara yang telah dilanda perang selama hampir satu dekade. Dengan meningkatnya serangan balasan dan potensi intervensi lebih lanjut dari negara-negara besar, konflik di kawasan ini berisiko berkembang menjadi konflik berskala lebih luas.
Masyarakat internasional kini menunggu apakah serangan ini akan mendorong langkah diplomatik atau justru memperparah krisis yang sudah ada. Yang pasti, rakyat Yaman kembali menjadi korban utama dalam eskalasi konflik geopolitik yang semakin kompleks ini.