
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, menyoroti peluang Indonesia dalam menarik investor asing yang berencana merelokasi bisnis mereka dari China. Langkah ini dilakukan untuk menghindari tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Sandiaga menekankan bahwa upaya tersebut menghadapi tantangan besar, terutama terkait kepastian hukum dan keamanan investasi. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak akan diminati oleh investor jika masalah-masalah ini tidak diselesaikan, termasuk isu premanisme yang melibatkan oknum organisasi masyarakat (ormas).
“Karena kalau kita tidak menghadirkan kepastian hukum, tidak menghadirkan keamanan berinvestasi, kita tidak tumpas premanisme ini, kita nggak akan dilirik,” ujar Sandiaga saat ditemui di VOFFICE Event Space Centennial Tower, Jakarta Selatan, Kamis (20/3/2025).
Sebagai Co-Founder Saratoga Investama, Sandiaga mengingatkan pentingnya peran investasi dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Ia berharap aksi premanisme yang selama ini menggerogoti daya saing investasi Indonesia dapat dihilangkan.
“Sementara kita hanya bisa bertumbuh 8% kalau ditopang selain daripada konsumsi adalah dari investasi. Jadi relokasi dari pabrik-pabrik dari China ini harus dijadikan peluang untuk kita berbenah. Mari kita pastikan tidak lagi ada aksi-aksi premanisme,” tambahnya.
Dengan demikian, Sandiaga menekankan bahwa penanganan isu premanisme dan peningkatan kepastian hukum serta keamanan investasi adalah kunci bagi Indonesia untuk menarik minat investor asing dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.