Houthi Gempur Kapal Induk AS Dua Kali dalam Sehari, Balasan atas Serangan Trump?

Sanaa/Washington – Konflik di Laut Merah semakin memanas setelah kelompok bersenjata Houthi di Yaman melancarkan dua serangan berturut-turut terhadap kapal induk Amerika Serikat dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Serangan ini disebut-sebut sebagai balasan atas kebijakan agresif mantan Presiden AS, Donald Trump, yang sebelumnya menyerukan tindakan keras terhadap Houthi dalam pernyataannya baru-baru ini.

Serangan Dua Kali dalam Sehari

Militer AS mengonfirmasi bahwa kapal induk USS Dwight D. Eisenhower menjadi target serangan Houthi sebanyak dua kali dalam satu hari. Serangan pertama terjadi pada Selasa dini hari waktu setempat, diikuti serangan kedua yang dilancarkan pada sore harinya.

Menurut laporan dari Komando Pusat AS (CENTCOM), serangan tersebut dilakukan dengan drone kamikaze dan rudal balistik jarak menengah. Meskipun demikian, pasukan pertahanan udara AS berhasil mencegat dan menembak jatuh sebagian besar proyektil yang diluncurkan oleh Houthi sebelum mencapai kapal induk.

“Kami dapat mengonfirmasi bahwa serangan yang ditujukan ke kapal induk Eisenhower telah berhasil digagalkan. Tidak ada korban jiwa maupun kerusakan signifikan pada kapal atau armada pendukungnya,” demikian pernyataan resmi CENTCOM.

Namun, sumber militer AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan kepada media bahwa meskipun tidak ada kerusakan besar, serangan bertubi-tubi dari Houthi tetap menjadi ancaman yang perlu diwaspadai.

Houthi: Serangan Balasan atas Agresi AS

Sementara itu, juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataan resminya menyebutkan bahwa serangan ini merupakan bentuk pembalasan atas agresi AS dan sekutunya di kawasan Timur Tengah, terutama di Yaman dan Palestina.

“Kami akan terus menyerang kepentingan Amerika di wilayah ini selama mereka tetap terlibat dalam agresi terhadap rakyat Yaman dan mendukung Israel dalam pembantaian di Gaza,” ujar Saree melalui siaran televisi Al-Masirah.

Houthi juga menegaskan bahwa serangan ke kapal induk AS hanya awal dari serangkaian operasi militer yang lebih besar jika Washington tidak segera menarik pasukannya dari wilayah tersebut.

Trump dan Eskalasi Konflik

Serangan Houthi ini terjadi setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan pernyataan kontroversial dalam kampanyenya di South Carolina beberapa hari lalu. Trump menuding pemerintahan Biden “terlalu lemah” dalam menghadapi Houthi dan menyarankan agar AS mengambil tindakan lebih tegas terhadap kelompok tersebut.

Pernyataan Trump ini dinilai sebagai pemicu meningkatnya ketegangan di Laut Merah. Analis Timur Tengah, Aaron Stein, menilai bahwa pernyataan Trump bisa saja memberi angin segar bagi pihak-pihak tertentu di Washington untuk mendorong intervensi militer lebih luas di Yaman.

“Houthi bukan sekadar kelompok pemberontak. Mereka memiliki strategi perang yang kompleks dan jaringan aliansi yang kuat, terutama dengan Iran. AS perlu berpikir ulang jika ingin meningkatkan serangan balasan,” ujar Stein.

Kondisi Laut Merah Semakin Genting

Dengan serangan terbaru ini, kawasan Laut Merah dan Teluk Aden menjadi semakin tidak stabil. Sejumlah kapal dagang dan tanker minyak global mulai mengalihkan rutenya untuk menghindari kemungkinan dampak dari konfrontasi antara AS dan Houthi.

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dalam pernyataan terbarunya menyatakan bahwa Washington akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan jalur pelayaran internasional di kawasan tersebut.

“Kami tidak akan membiarkan kelompok bersenjata mana pun mengganggu kebebasan navigasi dan mengancam kepentingan AS serta sekutu kami di wilayah ini,” kata Austin.

Sementara itu, Iran sebagai sekutu utama Houthi masih belum memberikan tanggapan resmi atas serangan ini. Namun, beberapa pejabat Iran sebelumnya telah memperingatkan AS agar tidak terus melakukan provokasi militer di wilayah tersebut.

Potensi Eskalasi ke Konflik Lebih Besar

Dengan kondisi yang semakin memanas, berbagai pihak khawatir bahwa konflik antara Houthi dan AS bisa berkembang menjadi perang skala lebih besar yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar di kawasan Timur Tengah.

Sejumlah pengamat militer menilai bahwa jika serangan dari Houthi terus berlanjut, AS bisa saja melancarkan serangan balasan langsung ke markas mereka di Sanaa atau Hodeidah, yang berpotensi memicu reaksi keras dari Iran.

Untuk saat ini, dunia tengah menantikan respons dari Gedung Putih dan bagaimana strategi AS dalam menghadapi ancaman baru ini di Laut Merah.

  • Related Posts

    Serangan Udara AS Guncang Yaman, 20 Orang Tewas dalam Ketegangan Memanas

    Sana’a – Konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) menghantam sejumlah titik strategis di Yaman pada Selasa (5/3) waktu setempat. Dalam serangan tersebut, sedikitnya 20…

    Indonesia Terbitkan Visa Baru untuk Mahasiswa Palestina: Dukungan Konkret di Tengah Konflik

    Pemerintah Indonesia berencana menerbitkan visa baru bagi mahasiswa Palestina penerima beasiswa yang akan melanjutkan studi di Indonesia. Langkah ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Kumham…

    You Missed

    Klasemen MotoGP 2025 & Jadwal MotoGP Amerika Serikat di Austin Pekan Ini

    Klasemen MotoGP 2025 & Jadwal MotoGP Amerika Serikat di Austin Pekan Ini

    Presiden Prabowo Lantik 31 Duta Besar RI untuk Perkuat Diplomasi Global

    Presiden Prabowo Lantik 31 Duta Besar RI untuk Perkuat Diplomasi Global

    “Kontroversi Konten Rendang: Willy Salim Dilaporkan ke Polisi dan Minta Maaf”

    “Kontroversi Konten Rendang: Willy Salim Dilaporkan ke Polisi dan Minta Maaf”

    “Israel Hancurkan Rumah Sakit Kanker Gaza: Krisis Kemanusiaan Kian Memburuk”

    “Israel Hancurkan Rumah Sakit Kanker Gaza: Krisis Kemanusiaan Kian Memburuk”

    Debut Patrick Kluivert di Timnas Indonesia Berujung Kekalahan Telak dari Australia

    Debut Patrick Kluivert di Timnas Indonesia Berujung Kekalahan Telak dari Australia

    Polisi Gagalkan Penyelundupan 21 Kg Sabu di Bakauheni, Diduga Terkait Jaringan Fredy Pratama

    Polisi Gagalkan Penyelundupan 21 Kg Sabu di Bakauheni, Diduga Terkait Jaringan Fredy Pratama